Senin, 18 Mei 2009

DENDAM

Sadar atau tidak sadar, semua orang yang hidup di dunia ini pernah merasakan yang namanya sakit hati, kecewa, dibohongi, dan apapun itu yang akhirnya menimbulkan dendam dalam dirinya. Akan jadi apa semua orang jika hidup dalam dendam yang tak berkesudahan...?
Dalam hidup sehari-hari, berbagai masalah silih berganti muncul dan penyebabnya juga beraneka ragam, baik itu karena dibohongi, ditipu, dihianati, difitnah dan lain sebagainya. Terkadang tanpa kita sadari, masalah yang datang jauh dari bayangan kita. Oleh karena masalah itu diluar bayangan kita, maka sibuklah kita mencari siapa orang yang mendatangkan masalah tersebut. Hingga pada akhirnya kita tahu siapa yang mendatangkan masalah tersebut, maka timbulah keinginan untuk membalas perlakuan orang tersebut, atau bahasa kerennya DENDAM!!!
Dendam mungkin sesuatu hal yang susah kita hindari, demikian pun dengan diriku sendiri. Ceritanya, dari kecil aku sebenarnya sudah menyimpan dendam terhadap salah satu anggota keluargaku. Aku sering mendengar dan melihat kesedihan keluargaku akibat perlakuan yang di buatnya. Entah itu fitnah, ke sombongannya akan hartanya atau apa pun itu seakan-akan dirinya yang paling hebat dan paling sempurna. Hal ini menimbulkan kebencian yang sangat mendalam dan dalam hati aku sering berkata, “tunggu nanti kalau saya sudah besar, saya akan membalasnya berkali-kali lipat bahkan bertrilyun-trilyun lipat dan kalau perlu saya akan membuat hidupnya susah atau dengan kata lain miskin!”
Kebencian yang mengakibatkan dendam itu terus aku bawa sampai lulus SMU, bahkan jurusan hukum yang aku pilih pun sebenarnya sarana untuk membalas perlakuan salah satu anggota keluargaku yang sangat saya benci. Pada saat itu dalam pikiran dan hatiku berkata, “aku harus menjadi pengacara dan membalas semua perlakuan yang telah dilakukannya!” saat itu aku menanam satu prinsip dalam hidup saya bahwa ”siapa yang mengali lubang dalam hidup saya dia harus menutupnya sendiri dengan apa pun caranya itu!” Dan untuk itu hanya ada dua kata yang tertanam saat itu, “BALAS DENDAM!”
Awalnya, balas dendam itu aku rasa sesuatu hal yang wajar. Hampir disetiap saat ketika saya tidak melakukan apa-apa maka muncullah segala macam skenario untuk membalas semua perlakuan keluarga yang kubenci. Aku merasa itu semua biasa-biasa saja kalau melakukan balas dendam atas perlakuan orang yang tidak disenangi. Sampai tiba pada suatu masa dimana aku bertemu dengan seorang bayi yang sangat lucu dan senyumnya yang begitu tulus. Senyuman bayi yang begitu tulus itu menggetarkan hatiku dan seolah-olah berkata, “setiap senyuman itu indah ketika kita nggak punya dendam”
Setelah mencoba berpikir sejenak dengan jernih, ternyata aku baru sadar, bahwa dengan balas dendam, masalah yang ada tidaklah akan selesai begitu saja. Malah sebaliknya dengan balas dendam, masalah akan semakin banyak muncul dan akan membuat kita makin susah karena masalah yang akan muncul pasti masalah yang lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Dan yang pasti jika kita membalas dendam, orang tersebut juga akan membalasnya lagi dengan perbuatan yang lebih buruk dan tentunya hal seperti inilah yang membuat masalah tidak akan pernah selesai.
Balas dendam bukan hanya membuat masalah tidak pernah selesai, tetapi juga membuat perasaan kita sakit. Ketika perasaan sakit otomatis pikiran kita pun jadi kacau dan susah kosentrasi karena konsentrasi kita cuma disatu titik, yakni balas dendam.
Seandainya tidak memikirkan untuk balas dendam, tentunya kita dapat hidup dengan sehat karena tidak perlu susah hati dan memikirkan balas dendam. Dari pada harus balas dendam, mending kita merubah pola pikir menjadi bagaimana memikirkan orang lain atau berbagi kasih dengan orang lain. Karena dengan begitu, kita tidak lagi susah dengan masalah yang ada, melainkan kita akan bahagia ketika bisa membuat orang lain menjadi bahagia.
Satu hal yang pasti, merubah sifat pendendam tidaklah semudah membalikkan tangan dengan cepat. Tapi satu hal yang pasti juga, membalas dendam bukanlah hal yang tepat buat semua orang, karena pada akhirnya akan membuat hidup menjadi susah dengan pemikiran dan suasana yang ada. Dan satu hal yang pasti, sampai kapan pun kalau tetap hidup dalam suasana balas dendam, kita tidak akan pernah bisa menjadi orang yang maju karena yang ada dalam pikiran hanya lah satu, yaitu dendam, dendam, dan dendam.
Akhirnya, seperti kata orang kebanyakkan, “Pilihan itu ada ditangan kita, orang lain hanya memberikan solusi dan berbagai pilihan.” Seperti halnya melupakan dendam, apakah mau tetap hidup dengan dendam yang tak berkesudahan atau menjadi orang yang menyudahi segala dendam dengan cara memikirkan kebahagiaan orang lain, hingga pada akhirnya senyuman tulus seorang bayi bisa terpancar dari bibir anda.



One-dy_TABU

Tidak ada komentar: